Hatiku, Hatimu, Hatinya, Hati Mereka.......

Hmmmm... apa kabar blog ku?
Lama gak mengunjungimu.. hehehe
Dan kamu pasti tahu, ketika aku mengunjungimu, adalah saat dimana aku sedang berlinang air mata
Hahhaa... begitu pula malam ini


Memang susah memiliki hati yang sensitif. Ada sesuatu sedikit yang menggores hati, pastilah air mata tercurah dengan begitu deras. Seperti apa yang ku rasakan malam ini. Dimulai dari keisenganku yang akhirnya malah balik lagi ngebuat aku menangis. Ya Rabb...

Buat yang aku sakiti malam ini karena keusilanku, dari lubuk hatiku yang terdalam aku minta maaf karena telah menggores luka di hatimu. Sungguh aku hanya ingin berniat usil tapi ternyata usilku kelewat batas. Maafkan hamba ya Rabb.

Aku hanyalah seorang manusia biasa bertipe melankolis yang telah berumur seperempat abad. Tapi sampai sejauh ini, aku menyadari bahwa aku belum mencapai tingkat kedewasaan sesuai umurku tersebut (mungkin karena itu kali ya Allah belum mengabulkan doa dalam tiap sujud panjangku, hehehe). Dulu aku terlihat sangat sangatlah kuat, ketika lelaki terhebat dalam hidupku masih menemaniku dimanapun, kapanpun, dan selama apapun. Tapi setelah lelaki terhebat tersebut pergi, mulailah hatiku menjadi labil selabil-labilnya. Tak ada seseorang yang mampu memberikan ketenangan seperti saat beliau berada di sampingku. Ya Rabb, hamba bener-bener rindu beliau.

Kali ini aku ingin berbincang masalah hati. Ya, hati ini yang ternyata sangat rapuh. Meski aku mencoba untuk selalu terlihat tegar dihadapan semua orang. Mulai belajar menerima kenyataan, sepahit apapun itu. Mulai belajar tidak cengeng, walaupun masih sangat susah, karena dah dari sononya kali ye aku terlahir cengeng. Hiks hiks. Tapi ya itulah aku, manusia melankolis yang ingin tampil apa adanya. Tak ingin menjadi pribadi yang munafik. Ketika aku suka or tidak suka sama seseorang, ya harus ngomong langsung. Apapun responnya, itu sudah merupakan risiko yang harus aku terima. Begitu pula masalah cinta. Aku yakin, saat ini aku bukanlah pribadi yang lemah dengan satu kata itu. Karena aku sudah mulai berani menerima semua kenyataan yang ada. Alhamdulillah ya.

Tetapi ketika aku menyakiti orang lain, aku pasti akan nangis bombay hingga tiada terkira. Penyesalanku pun akan melebihi penyesalan ketika aku menyakiti diriku sendiri. ya, memang aku dari dulu dapat diibaratkan seperti sebuah lilin. Menerangi lingkungan sekitar, walaupun diriku sendiri akan meleleh hingga hilang tak berbekas. Tapi aku akan merasa senang karena akan melihat senyum orang-orang yang aku cintai di sekelilingku. Hehe. Kembali lagi deh, aku benar-benar minta maaf ya buat kamu di sana. J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Mimpi Menabrak Realita

Pantun Pernikahan...

Izinkan Aku Sejenak Beristirahat Menikmati Jurang Kehancuran